RS PKU Jogja

metabolicPernahkah Anda membayangkan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, dan tingginya kadar kolesterol terjadi pada satu orang? Membayangkan satu penyakit dengan berbagai komplikasinya saja sudah terasa sangat sulit. Apalagi berbagai penyakit diderita dalam satu tubuh. Hal itu bisa saja terjadi, dan para ahli menyebutnya sebagai sindrom metabolik.

Akibat gangguan insulin
Sindrom metabolik dikenal pertama kali sebagai Sindrom X, pada tahun 1988. Penyakit ini timbul ketika terjadi gangguan pada kerja hormon insulin, atau dikenal dengan resistensi insulin. Resistensi insulin sendiri merupakan kondisi dimana hormon insulin tidak dapat bekerja dengan baik.
Dalam kondisi normal, sistem pencernaan kita akan memecah makanan menjadi gula di dalam tubuh yang dikenal dengan glukosa. Di dalam tubuh, darah akan membawa glukosa (yang dibutuhkan sebagai bahan bakar) ke berbagai jaringan tubuh. Glukosa yang berada dalam darah membutuhkan bantuan rangsangan hormon insulin untuk bisa masuk ke dalam sel. Pada orang yang mengalami resistensi insulin, sel tidak dapat berespon terhadap insulin, sehingga gula tidak bisa masuk ke dalam sel. Akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat.
Sebagai respon, tubuh tentu saja akan memproduksi hormon insulin lebih banyak, untuk membantu glukosa lebih banyak yang masuk ke dalam sel. Akibatnya jumlah insulin dan glukosa di dalam darah meningkat. Peningkatan kadar insulin ini berakibat pada peningkatan kadar trigleserida dan senyawa lemak di dalam darah. Selain itu juga mengakibatkan gangguan pada ginjal, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Berbagai masalah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung, stroke, diabetes, dan berbagai masalah lainnya.
Saat ini para ahli masih melakukan penelitian, mengapa bisa terjadi resistensi insulin. Kuat dugaan hal itu disebabkan oleh faktor keturunan, etnis, dan faktor lingkungan. Artinya ada orang-orang tertentu yang sudah lahir sudah beresiko mengalami hal ini. Selain itu, obesitas dan kurang bergerak juga berperan atas timbulnya masalah ini.  

Masalah global
Saat ini sindrom metabolik telah menjadi masalah dunia. Tidak hanya di Eropa atau Amerika, kawasan Asia angka kejadiannya juga meningkat. Data prevalensi penderita sindrom metabolik di setiap negara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pandemi sindrom metabolik berkembang seiring dengan prevalensi obesitas yang terjadi saat ini.

Faktor Resiko
Yang menjadi pertanyaan, apa sebenarnya faktor risiko penyakit dengan banyak komplikasi ini? Salah satu yang berperan adalah pola gaya hidup. Dua hal yang paling penting adalah pola makan dan gerak tubuh. Sudah terbukti bahwa pola makan yang kaya lemak jenuh dan kolesterol meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kemudian, saat ini banyak orang yang jarang melakukan olahraga. Kehidupan yang dipenuhi dengan stres, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, rokok, atau obat-obatan yang efek sampingnya berpotensi menaikkan gula darah seperti kortikosteroid juga bisa menjadi pemicu timbulnya penyakit ini. Selain faktor tersebut, faktor keturunan, dalam arti memiliki orang tua yang mengalami diabetes juga rentan menderita sindrom metabolik.

Masih Ada Jalan Keluar
Tak bisa dipungkiri, bahwa sindrom metabolik telah menjadi suatu ancaman. Karena itu diperlukan suatu strategi terapetik yang mumpuni untuk mengeliminasi bahaya yang ditimbulkan oleh sindrom metabolik. Mengubah gaya hidup merupakan tindakan yang paling penting.
Pepatah mengatakan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Begitu juga dengan sindrom metabolik. Mencegah penyakit ini berarti juga mencegah faktor risiko terkena penyakit lain semisal gangguan kardiovaskular. Bagaimana caranya???.
•    Lakukan check up kesehatan secara rutin untuk melakukan deteksi sejak dini masalah ini. Jika diketahui sejak awal, tentu saja membantu kemungkinan gejalanya bisa teratasi juga cukup besar, dan tentu saja terhindari dari komplikasi lanjut.
•    Saat melakukan check up, pemeriksaan kadar lemak darah sebaiknya harus dilakukan secara lengkap. Tidak hanya mengukur kolesterol total atau yang jahat (LDL) saja. Pengukuran profil lemak yang lengkap memungkinkan terdeteksi perubahan dari kadar trigliserid dan kolesterol baik (HDL)
•    Jika perut Anda mulai membesar (karena lemak) disertai tekanan darah tinggi kemudian diikuti dengan tanda-tanda awal menderita penyakit kencing manis (banyak kencing, lapar, dan haus terus menerus), curigailah dan lakukan test laboratorium selengkapnya untuk mengetahui apakah menderita sindrom ini.
•    Terapi dari keadaan ini, harus ditujukan untuk perbaikan kondisi-kondisi di atas, tidak hanya tekanan darah atau gula darah semata. Penggunaan obat mengurangi kadar lemak darah dapat membantu, sama seperti obat-obat spesifik lainnya.
•    Bagi perokok, sebaiknya menghentikan kebiasaan tersebut. Karena kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko resistensi insulin.
•    Konsumsi makanan yang kaya serat, sayuran dan buah-buahan. Hindari makanan berlemak dan lakukan olahraga teratur.
•    Waspadalah bila Anda memiliki tiga atau lebih dari tanda-tanda seperti ini :
o    Obesitas dengan kriteria lingkar perut laki-laki lebih dari 102 cm dan perempuan lebih dari 88 cm
o    Peningkatan tekanan darah melebihi 135/85 mmHg
o    Peningkatan kadar gula darah puasa (melebihi 100 mg/dL)
o    Kadar lemak baik (HDL) rendah (dibawah 40 mg/dL pada laki-laki dan dibawah 50 mg/dL pada perempuan)
o    Kadar trigliserid meningkat di atas 150 mg/dL
Akhirnya yang terpenting adalah pencegahan terutama bagi Anda yang memiliki faktor risiko mengalami satu atau lebih kelainan-kelainan tersebut dengan menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan yang teratur agar Anda. (by : dr.Aziz Andriyanto)

Informasi lebih lanjut, hubungi kami :
Klinik Penyakit Dalam
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. KH.Ahmad Dahlan No.20
Telp : (0274) 512653 Hunting, Fax : (0274) 566129

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dr. H. Muhammad Iqbal, Sp.PD.,M.Kes
dr. Hj. Niarna Lusi, Sp.PD
dr. H. Mohamad Wibowo, Sp.PD

Leave feedback about this

  • Rating