Apa Itu Japanese Encephalitis?
Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis, yang dapat menyebabkan peradangan otak. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Nyamuk ini biasanya hidup di area persawahan, kolam, irigasi, atau tempat tergenang air di sekitar rumah.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1871 dengan nama summer encephalitis. Hingga kini, JE masih menjadi ancaman di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia. Dalam rentang 2014–2021, terdapat 143 kasus JE yang terdeteksi di Indonesia, dengan 85% di antaranya menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Gejala Japanese Encephalitis
Sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan seperti flu. Namun, jika virus menyerang otak, gejala yang muncul bisa sangat serius, seperti:
Demam tinggi secara tiba-tiba
Sakit kepala berat
Gangguan pencernaan (mual, muntah, diare)
Perubahan perilaku atau kesadaran
Kejang (terutama pada anak-anak)
Gejala ini biasanya muncul dalam waktu 4–14 hari setelah terpapar virus.
Faktor Risiko
Beberapa hal yang meningkatkan risiko terinfeksi JE antara lain:
Musim hujan, yang menyebabkan peningkatan populasi nyamuk.
Tinggal di daerah endemik JE.
Tidur tanpa kelambu atau perlindungan terhadap gigitan nyamuk.
Tidak memiliki antibodi terhadap virus JE, baik secara alami maupun melalui imunisasi.
Bahaya Japanese Encephalitis
Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang tinggi, terutama pada anak-anak di bawah 10 tahun. Dari 67.900 kasus JE yang dilaporkan setiap tahun, sekitar 20–30% berakhir dengan kematian, dan 30–50% sisanya mengalami kecacatan jangka panjang, seperti:
Gangguan motorik (kelumpuhan, tremor, gerakan abnormal).
Gangguan perilaku (emosi tak terkontrol, depresi, gangguan perhatian).
Gangguan intelektual (kesulitan belajar, kehilangan memori).
Komplikasi neurologis lainnya, seperti epilepsi atau kebutaan.
Pentingnya Imunisasi Japanese Encephalitis
Hingga saat ini, belum ada pengobatan spesifik untuk JE. Pengobatan hanya bersifat suportif, seperti menurunkan demam atau mengurangi gejala lainnya. Oleh karena itu, pencegahan melalui imunisasi menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko infeksi.
Vaksin JE merupakan virus hidup yang dilemahkan dan terbukti efektif mencegah penyakit ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian dosis tunggal vaksin JE di daerah endemis, dengan booster 1–2 tahun berikutnya untuk perlindungan jangka panjang.
Di Indonesia, imunisasi JE diberikan secara massal untuk anak usia 9 bulan hingga 15 tahun, serta dimasukkan ke dalam program imunisasi rutin untuk anak usia minimal 10 bulan. Vaksin ini juga direkomendasikan bagi wisatawan yang akan tinggal lebih dari satu bulan di daerah endemis.
Lindungi Kesehatan Anda!
Japanese Encephalitis adalah ancaman nyata, tetapi dapat dicegah dengan langkah yang tepat. Jangan abaikan imunisasi sebagai perlindungan terbaik untuk anak dan keluarga Anda. Segera kunjungi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk mendapatkan vaksinasi JE dan konsultasi lengkap bersama dokter spesialis kami. Kesehatan Anda, prioritas kami!
Penulis: dr. H. Mohammad Komarudin, Sp.A
Editor: dr. Sugik Nur Irbandini, MARS
Dokter Spesialis Anak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta