RS PKU Jogja

Promosi Kesehatan pada Anak dan Keluarga di Tatanan Klinis

Kesehatan anak-anak dan remaja selama abad terakhir, telah mengalami epidemiologi transisi di seluruh dunia, yaitu karena peningkatan penyakit kronis pada populasi anak (Pereira et al., 2020). Pengasuhan yang diberikan oleh orang tua selama masa kanak-kanak juga dapat mempengaruhi perkembangan anak, karena adanya faktor individu dan sosial yang dihadapi oleh keluarga, dan serta tantangan akan mempengaruhi proses pengasuhan. Oleh karena itu, stimulasi tumbuh kembang anak dengan pola asuh yang baik akan menjadi investasi yang berharga dalam program peningkatan kesehatan anak di rumah sakit maupun masyarakat (Reticena et al., 2019).

Pentingnya mengetahui bagaimana mengelola penyakit, keputusan yang tepat saat anak sakit, dan meningkatkan upaya agar menjadi sehat, diperlukan profesional kesehatan yang mampu mempromosikan pengembangan kepercayaan diri dan perawatan diri pada anak, remaja dan keluarga. Keterampilan dalam Promosi Kesehatan juga telah diakui secara internasional dengan dampak adanya peningkatan pengetahuan setelah dilakukannya promosi kesehatan (Netto & Silva, 2018).

Promosi kesehatan yang dilakukan profesional kesehatan merupakan cara berpikir dan bertindak berkaitan dengan kesehatan yang memungkinkan konfrontasi berbagai masalah yang mempengaruhi populasi manusia dan lingkungan mereka. Persiapan profesional kesehatan harus diperluas agar dalam bertindak di dalam promosi kesehatan dilakukan dengan tindakan yang efektif, dan menggunakan kompetensi yang adekuat dalam pelaksanaannya (Netto & Silva, 2018).

Pentingnya mengetahui promosi kesehatan di tatanan klinis dan komunitas oleh perawat menjadi hal yang sangat bermakna, karena perawat dipandang mampu memahami dan merawat pasien yang sakit serta membantu mereka dalam menyelesaikan masalah kesehatannya, akan tetapi berdasarkan beberapa studi yang dilakukan perawat tidak siap untuk memenuhi tuntutan peran mereka pada perawatan pasien anak yang sedang sakit. Selain itu, berdasarkan pengalaman internasional, program kesehatan ibu dan anak difokuskan pada pembangunan keterampilan mengasuh anak yang positif dengan melibatkan profesional keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal (Reticena et al., 2019).

Kebijakan terkait program promosi kesehatan di Indonesia tertuang dalam (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, 2009) pada Pasal 7 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab dan setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan tingkat primer dan rujukan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pelayanan promotif dan preventif di Rumah Sakit dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit, 2018, dimana Rumah Sakit berperan penting dalam melakukan Promosi Kesehatan baik untuk Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, maupun Masyarakat Sekitar Rumah Sakit. Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 (lima) tingkat pencegahan yang meliputi Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga mampu meningkatkan kesehatan, Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko tinggi (high risk) untuk mencegah agar tidak jatuh sakit (specific protection), Promosi Kesehatan tingkat kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak menjadi lebih parah (early diagnosis and prompt treatment), Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif untuk membatasi atau mengurangi kecacatan (disability limitation), dan Promosi Kesehatan pada Pasien baru sembuh (recovery) dan pemulihan akibat penyakit (rehabilitation).

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, ketika diselenggarakannya Konferensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1986. Di Portugal, praktik promosi kesehatan sudah diselengarakan, akan tetapi pada studi terkait literasi kesehatan tahun 2015 yang dilakukan di Benua Eropa yakni European Health Literacy Survey, nilai rata-rata literasi kesehatan Portugal sangat rendah dibandingkan dengan Negara lain nya (A. Pereira et al., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh A. F. Pereira et al., 2022 tentang pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat kepada anak atau remaja dan orang tua, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi praktik pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada anak dan

orangtua di ruang rawat inap anak Alto Douro Hospital Center. Praktik pendidikan kesehatan ini dilakukan setiap hari oleh perawat dan merupakan salah satu aktivitas profesional rutin yang wajib dilakukan, perawat memandang bahwa intervensi ini juga sangat penting dilakukan seperti intervensi keperawatan umum lain nya. Sebanyak 65% (n=202) perawat mengaku mempersiapkan praktik edukasi kesehatan sesuai dengan kebutuhan anak/remaja dan orang tua, yang menunjukkan kebutuhan yang memadai, tepat sasaran dan respon yang efektif. Edukasi kesehatan yang diberikan dapat berupa informasi yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat sehari-hari seperti bagaimana konsumsi makanan yang sehat, aktivitas fisik yang dapat dilakukan, pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia anak.

Intervensi pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan di era teknologi saat ini adalah menggunakan smartphone, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lee et al., 2017 terkait pengaruh edukasi terapi nebulizer berbasis smartphone terhadap pengetahuan dan keyakinan orang tua terhadap kinerja dalam merawat anak-anak dengan penyakit pernafasan, dimana pemanfaatan teknologi dapat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan orang tua dalam melakukan perawatan untuk anak-anak mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian Wyatt et al., 2021 pemanfaatan teknologi Aplikasi mHealth dalam mempromosikan perilaku kesehatan yang dapat dikelola sendiri oleh remaja. Aplikasi ini merupakan sebuah media baru untuk berbagi informasi kesehatan dan membantu meningkatkan perilaku manajemen diri, terutama untuk remaja, dimana remaja saat ini sudah memiliki pengetahuan tentang teknologi dan bersemangat untuk terlibat dalam platform online. Peningkatan akses ke perangkat memberikan penyedia kesempatan untuk menyesuaikan pendidikan dan pemantauan kesehatan sambil mempromosikan keterlibatan perawatan kesehatan. Fitur umpan balik secara real-time pada aplikasi seluler bermanfaat dalam memilih rekomendasi berbasis bukti yang mudah dipahami bagaimana perilaku kesehatan yang bermanfaat, memperingatkan pengguna tentang ancaman kesehatan; dan menawarkan penguatan positif mengikuti input data yang diinginkan.

Di indonesia sendiri, praktik promosi kesehatan yang dilakukan oleh perawat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari intervensi yang diberikan kepada pasien. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fajriyanti et al., 2020 terkait fenomenologi pemberian edukasi kesehatan oleh perawat di rumah sakit, dimana pendidikan kesehatan dilakukan di ruang perawatan dengan jumlah pasien yang sedikit. Perawat tahu bahwa pendidikan kesehatan pasien adalah tugas utama perawat, namun mereka menganggap itu bukan prioritas. Pendidikan kesehatan hanya diberikan

jika pasien mengajukan pertanyaan kepada perawat. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan tahapan pendidikan kesehatan pasien dengan benar.

Untuk dapat mengembangkan promosi kesehatan yang ada di rumah sakit sangat membutuhkan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, dalam rangka merubah perilaku Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya penyakit berulang karena perilaku yang sama, mencegah dan mengurangi risiko terjadinya penyakit, serta menjaga agar tetap dalam keadaan sehat, dengan berperilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu penyelenggaraan PKRS perlu didukung dengan regulasi, kebijakan, kelembagaan, tenaga, sumber dana, sarana dan prasarana yang memadai, sehingga penyelenggaraan Promosi Kesehatan akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit, patien safety, dan terpenuhinya hak-hak Pasien, dan menciptakan Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang sehat.

Penulis: Leny Fadayu Astuti, S.Kep. Ns., M.N.Sc

Perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta